CHECK LIST SNI SUSU
INSTAN
PERCOBAAN II
(Praktikum Pengendalian Mutu)
Kelompok : 4
Halimah B1315023
Jamilah B1315028
M. Putra Fajar B1315041
Nurul Ustadzah B1315053
Rina Wardani B1315061
Supiani B1316001
PROGRAM
STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
POLITEKNIK
NEGERI TANAH LAUT
PELAIHARI
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pengendalian mutu adalah
aktivitas keteknikan dan manajemen yang dengan aktivitas tersebut dapat diukur
ciri-ciri mutu dari produk yang ada, membandingkan dengan spesifikasi atau
persyaratan dan mengambil tindakan yang sesuai apabila ada perbedaan antara
penampilan sebenarnya dan yang standar (Kays, 1991).
Pada perusahaan mutu telah
menjadi bagian yang penting dalam setiap proses produksi. Strategi yang dapat
menjamin mutu adalah strategi yang dapat menjaga kestabilan proses, sehingga
proses dapat dikendalikan dengan tujuan untuk dapat meminimalkan produk
cacat. Pentingnya peranan mutu terhadap
suatu produk membuat perlunya dilakukan pengendalian mutu (Kays, 1991).
Perusahaan yang sudah berkembang
pesat, maju dan memiliki manajemen yang baik tentu saja sudah memiliki
perangkat pengendalian mutu yang terpadu. Sehingga nantinya produk akhir yang
diterima konsumen adalah produk yang benar-benar berkualitas tanpa cacat. Walau
seiring berkembangnya dunia perindustrian, terutama industri pengolahan makanan
sekarang sudah semakin menjamur, namun mutu suatu produk hendaknya berdasarkan
SNI.
Produk yang telah lulus standar
SNI dapat dikatakan aman untuk dikonsumsi. Namun tidak sedikit produk yang
tidak sesuai dengan produk SNI. Untuk mengetahui mutu suatu produk SNI maka
dilakukan praktikum ini yang bertujuan mencek komposisi atau kandungan suatu
produk yaitu susu instan yang beracuan pada SNI.
1.2 Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengidentifikasi SNI
suatu produk.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mutu
Mutu adalah ukuran
relatif dari kebendaan. Mendefinisikan mutu dalam rangka kebendaan sangat umum
sehingga tidak menawarkan makna oprasional. Secara oprasional mutu produk atau
jasa adalah sesuatu yang memenuhi atau melebihi ekspektasi pelanggan.
Sebenarnya mutu adalah kepuasan pelanggan. Ekspektasi pelanggan bisa dijelaskan
melalui atribut-atribut mutu atau hal-hal yang sering disebut sebagai dimensi
mutu.
Oleh karena itu, mutu
produk atau jasa adalah sesuatu yang memenuhi atau melebihi ekspektasi
pelanggan dalam delapan dimensi mutu. Empat dimensi pertama menggambarkan
atribut-atribut mutu penting, tetapi sulit mengukurnya. Delapan dimensi mutu
adalah (Hansen dan Mowen, 1994):
1.
Kinerja (Performance), merupakan tingkat
konsistensi dan kebaikan fungsi-fungsi produk
2.
Estetika (Aesthetic), berhubungan dengan
penampilan wujud produk
3.
Kemudahan perawatan dan perbaikan (service ability),
berhubungan dengan tingkat kemudahan merawat dan memperbaiki produk
4.
Keunikan (features), menunjukan karakteristik
produk yang berbeda secara fungsional dari produk sejenis.
5.
Reliabilitas (Reliability), berhubungan dengan
probabilitas produk dan jasa menjalankan
fungsi dimaksud dalam jangka waktu tertentu.
6.
Durabilitas (Durability), menunjukan umur
manfaat dari fungsi produk.
7.
Tingkat kesesuaian ( Quality of conformance),
menunjukan ukuran mengenai apakah sebuah produk atau jasa telah memenuhi
spesifikasinya.
8.
Pemanfaatan (fitness of use), menunjukan
kecocokan dari sebuah produk menjalankan fungsi-fungsi sebagaimana yang
diiklankan.
2.2
SNI (Standar Nasional Indonesia)
Standar Nasional Indonesia adalah satu-satunya standar yang berlaku
secara nasional di Indonesia. SNI dirumuskan oleh Komite Teknis (dulu disebut sebagai
Panitia Teknis) dan ditetapkan oleh BSN.
2.3
Standarisasi
Standarisasi merupakan penentuan ukuran yang harus
diikuti dalam memproduksikan sesuatu. Standarisasi juga merupakan proses
pembentukan standar teknis, yang bisa menjadi standar spesifikasi, standar cara uji, standar definisi, prosedur standar (atau praktik), dan
lain-lain.
Istilah standarisasi berasal dari kata standar yang berarti satuan ukuran
yang dipergunakan sebagai dasar pembanding kuantita, kualita, nilai, dan hasil
karya yang ada. Dalam arti yang lebih luas maka standar meliputi spesifikasi
baik produk, bahan maupun proses. Suatu produk tidak boleh tidak standar, namun
harus atau sedapat mungkin diikuti agar kegiatan maupun hasilnya boleh
dikatakan dapat diterima umum oleh penggunaan standee atau ukuran ini adalah
hasil kerja sama pihak-pihak yang berkepentingan dalam industri dimana perusahaan
itu berada (Permatasari, 2016).
Standardisasi
diimplementasikan ketika perusahaan mengeluarkan produk baru ke pasar. Dengan
menggunakan standarisasi, kelompok dapat dengan mudah berkomunikasi melalui
pedoman yang ditetapkan dalam rangka untuk menjaga fokus. Metode ini dibuat
untuk memfasilitasi proses dan tugas, inilah mengapa interlocks dengan lean
manufacturing. Terdapat empat teknik yang berbeda untuk standardisasi, yaitu
penyederhanaan atau variasi kontrol, kodifikasi, nilai rekayasa, dan statistik
proses control (Permatasari, 2016).
BAB III
METODE
3.1 Waktu
dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 28
Oktober 2016 pukul 13.00-16.00 WITA di Labolatorium Pangan Teknologi Industri
Pertanian Politeknik Negeri Tanah Laut.
3.2 Alat
dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah gelas dan
sendok.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah air
hangat, susu bubuk putih dan susus bubuk coklat.
3.3 Prosedur
Kerja
1.
Disisapkan alat dan bahan
2.
Diamati bahan/sampel yang akan diidentifikasi
3.
Dimasukkan hasil pengamatan ke dalam tabel.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Dari hasil penilaian standar mutu susu bubuk coklat dan susus bubuk putih
didapat hasil pengamatan sebagai berikut.
Tabel 1. Data
hasil pengamatan
No.
|
Kriteria Uji
|
Persyaratan
|
Satuan
|
Kesesuaian
|
|
Susu putih
|
Susu coklat
|
||||
1.
|
Kesesuaian
a. Bau
b. Rasa
|
||||
Normal
|
-
|
Sesuai
|
Sesuai
|
||
Normal
|
-
|
Sesuai
|
Sesuai
|
||
2.
|
Kadar air
|
Maksimal 5
|
%
|
-
|
-
|
3.
|
Kadar lemak
|
Maksimal 5
|
%
|
Tidak sesuai
|
Sesuai
|
4.
|
Protein
|
Minimal 23
|
%
|
Tidak sesuai
|
Tidak sesuai
|
5.
|
Cemaran logam
|
||||
Tembaga
|
Maksimal 20
|
Mg/kg
|
-
|
-
|
|
Timbal
|
Maksimal 0,3
|
Mg/kg
|
-
|
-
|
|
Timah
|
Maksimal 0,3
|
Mg/kg
|
-
|
-
|
|
Cemaran mikroba
|
Maksimal 0,1
|
Mg/kg
|
-
|
-
|
4.2
Pembahasan
Salah satu hal yang harus diketahui dalam pengendalian mutu produk
adalah standarisasi. Standarisasi dapat diartikan sebagai penetapan-penetapan
norma dan aturan mutu produk yang ditetapkan bersama dengan tujuan menghasilkan
produk dengan mutu yang dapat dideskripsikan
dan diukur dengan perolehan mutu yang seragam.
Secara oprasional mutu produk
atau jasa adalah sesuatu yang memenuhi atau melebihi ekspektasi pelanggan.
Sebenarnya mutu adalah kepuasan pelanggan. Pada
praktikum ini kami melakukan identifikasi SNI pada suatu produk yaitu susu
bubuk dengan 2 sampel yang berbeda, susu bubuk putih dengan susu bubuk coklat.
Mula-mula disiapkan alat dan bahan, kemudian sampel tersebut diamati kandungan atau komposisinya
dengan beracuan pada SNI dari sampel itu sendiri yang bisa didapatkan di internet.
Standar Nasional Indonesia adalah satu-satunya standar yang berlaku secara nasional di Indonesia. Berdasarkan tabel di atas dapat
diketahui bahwa terdapat sampel yang tidak sesuai dengan SNI. Namun
ketidaksesuaian tersebut tidak jauh dari standar mutu yang ditetapkan SNI.
Standarisasi merupakan penentuan ukuran yang harus
diikuti dalam memproduksikan sesuatu. Standarisasi juga merupakan proses
pembentukan standar teknis, yang bisa menjadi standar spesifikasi, standar cara uji, standar definisi, prosedur standar (atau praktik), dan
lain-lain (Permatasari, 2016).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan di atas
dapat disimpulkan bahwa :
1.
Standarisasi
dapat diartikan sebagai penetapan-penetapan norma dan aturan mutu produk yang
ditetapkan bersama.
2.
Terdapat sampel yang tidak sesuai dengan SNI. Namun
ketidaksesuaian tersebut tidak jauh dari standar mutu yang ditetapkan SNI.
3.
Standar Nasional Indonesia adalah satu-satunya standar yang berlaku
secara nasional di Indonesia.
5.2 Saran
Adapun saran dalam praktikum ini adalah hendaknya ada
penambahan alat labolatorium agar tidak terjadi antri yang dapat menghambat
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Hansen dan Mowen, 1994.
Pengendalian dan Manajemen Mutu. Second Edition, Prentice Hall. Hal 433-434
Horticultural Crops.
In Kader, Adel A., et al. (Eds). Postharvest Technology of Horticultural
Crops. Cooperative Extension Univ. Of California.
Kays, Stanley
J., 1991. Postharvest Physiology of
Perishable Plant Products. An Avi Book. Published by Van Nostrand Reinhold,
New York.
Permatasai,
Intan. 2016. Tugas Makalah
Pengantar Manajemen Mutu “Standarisasi Mutu Produk”. http://Pengendalian
Mutu/Laporan/Bahan Laporan/Bahan Lap 2/Manajemen Mutu.html. Diakses pada tanggal 2 November 2016
Prawirosentono,
2002. Pengertian Pengendalian Mutu. Springer-Verlag Berlin
Heidelberg. Hal 6