Selasa, 19 April 2016

Laporan Praktikum Neraca Energi



NERACA ENERGI
 PERCOBAAN VI
(Praktikum Dasar Teknik Proses)



 





Kelompok : 5

Agus Setiawan                       B1315002
Ayu Nurmalasari                  B1315012
Jamilah                                   B1315028
Muslimin Al Maarif              B1315045
Rizal Fahlupi                         B1315064





PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT
PELAIHARI
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Perpindahan panas dari suatu zat ke zat lain sering terjadi berulang-ulang dalam industri pangan. Seperti proses memasak, membakar, sterilisasi ataupun pendinginan termasuk ke dalam perpindahan panas. Pada kebanyakan pengerjaan, diperlukan pemasukan atau pengeluaran ka1or, untuk mencapai dan mempertahankan keadaan yang dibutuhkan sewaktu proses berlangsung. Namun tidak jarang perpindahan panas menjadi masalah, misalnya dalam penyimpanan es. Es akan segera cair setelah beberapa waktu karena adanya perpindahan panas, baik itu secara konveksi, konduksi ataupun radiasi. Untuk mengatasi masalah seperti itu, dibuat sebuah alat yang dapat memperlambat laju perpindahan panas dengan menggunakan bahan-bahan yang dapat menahan panas seperti logam dan plastik (Earle,R.L, 1983).
Pindah panas adalah suatu proses yang dinamis, yaitu panas dipindahkan secara spontan dari satu kondisi ke kondisi lain yang suhunya lebih rendah. Kecepatan pindah panas ini akan bergantung pada perbedaan suhu antar kedua kondisi. Semakin besar perbedaan, maka semakin besar kecepatan pindah panasnya. Panas bergerak dari obyek panas ke obyek yang dingin, bertambah besar perbedaan kedua obyek, bertambah besar panas yang dipindahkan. Makin tipis dinding pengantara atau penyekat kedua obyek, makin baik proses pemindahan panas (Holman, JP, 1995).
Oleh karena itu, untuk lebih memahami proses pindah panas, terutama dalam proses pendinginan dan pemanasan uap. Maka dilakukanlah praktikum neraca energi ini.

1.2  Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
a.       Mempelajari proses transfer massa dan transfer energi
b.      Menghitung panas reaksi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Neraca massa atau panas suatu sistem proses dalam industri merupakan perhitungan kuantitatif dari semua bahan-bahan yang masuk, yang keluar, yang terakumulasi (tersimpan) dan yang terbuang dalam sistem itu. Perhitungan neraca digunakan untuk mencari variabel proses yang belum diketahui, berdasarkan data variabel proses yang telah ditentukan/diketahui. Oleh karena itu, perlu disusun persamaan yang menghubungkan data variabel proses yang telah diketahui dengan variabel proses yang ingin dicari.
Perpindahan kalor dari suatu zat ke zat lain seringkali terjadi dalam industri proses. Pada kebanyakan proses diperlukan pemasukan atau pengeluaran kalor untuk mencapai dan mempertahankan keadaan yang dibutuhkan sewaktu proses berlangsung. Kondisi pertama yaitu mencapai keadaan yang dibutuhkan untuk pemrosesan, terjadi umpamanya bila pengerjaan harus berlangsung pada suhu tertentu dan suhu ini harus dicapai dengan jalan pemasukan atau pengeluaran kalor. Kondisi kedua yaitu mempertahankan keadaan yang dibutuhkan untuk operasi proses, terdapat pada pengerjaan eksoterm dan endoterm.
Penggunaan energi dalam bentuk kalor sangat banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari seperti memasak makanan, ruang pemanas atau pendingin dan lain-lain. Temperatur merupakan sifat sistem yang menentukan apakah sistem berada dalam keadaan kesetimbangan dengan sistem lain.
Jika dua sistem dengan temperatur berbeda diletakkan dalam kontak termal, maka kedua sistem tersebut pada akhirnya akan mencapai temperatur yang sama. Jika dua sistem  dalam kesetimbangan termal dengan sistem  ketiga, maka berada dalam kesetimbangan termal satu sama lain.
Ada beberapa hal mengenai perpindahan panas yaitu :
a.      Heat Exchanger
Heat exchanger adalah adalah sistem yang efisien untuk menukarkan panas dari satu medium ke medium lainnya. Objek heat exchanger ini yaitu fluida, sehingga prosesnya mengalir. Kinerja heat exchanger dapat dipengaruhi oleh penambahan dalam satu atau dua arah, yang akan meningkatkan luas permukaan dan dapat saluran aliran fluida atau menyebabkan turbulensi. Untuk efisiensi, heat exchanger dirancang untuk memaksimalkan luas permukaan dinding antara kedua cairan, dan meminimalkan resistensi terhadap aliran fluida melalui exchanger tersebut. Suhu yang terdapat dalam aliran heat exchanger disebut Log Mean Temperature.
b.      Perpindahan Panas Konduksi
Adalah suatu proses perpindahan energi panas dimana energi panas tersebut mengalir dari daerah yang bersuhu lebih tinggi ke daerah yang bersuhu lebih rendah dalam suatu medium padat atau fluida yang diam.
Persamaan umum laju konduksi dikenal dengan hukum Fourier (Fourier’s Law) [5] dirumuskan dengan :
Di mana :
Q  = laju pindah panas konduksi (Watt)
K  = koefisien pindah panas konduksi (W/mK)
A  = luas permukaan bahan (m2)
dT = perubahan suhu (K)
dx = perubahan panjang bahan (m)
Tanda negatif (-) menyatakan bahwa panas berpindah dari media bertemperatur tinggi ke media yang bertemperatur lebih rendah.
c.       Perpindahan Panas Konveksi
Perpindahan panas konveksi adalah perpindahan panas yang terjadi dari permukaan media padat atau fluida yang diam menuju fluida yang mengalir (begerak) atau sebaliknya, dimana diantara keduanya terdapat perbedaan temperature.
Persamaan perpindahan panas konveksi dikenal sebagai hukum Newton untuk pendinginan (Newton’s Law of Cooling) [5] yang dirumuskan dengan :

Di mana :
Q = laju pindah panas konveksi (Watt)
h  = koefisien pindah panas konveksi (W/m2K)
A = luas permukaan bahan (m2)
∆T= perubahan suhu antara permukaan bahan dan lingkungan (K)
d.      Destilasi
Destilasi (penyulingan) adalah suatu metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan.
Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Metode ini merupakan termasuk unit operasi kimia jenis perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap pada titik didihnya. Model ideal destilasi didasarkan pada Hukum Raoult dan Hukum Dalton.














BAB III
METODE
3.1  Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin tanggal 21 Maret 2016 pukul 09.00-10.00 WITA di Labolatoriun Pangan Teknologi Industri Pertanian Politeknik Negeri Tanah Laut.

3.2  Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah kompor, panci, gelas ukur dan pengaduk kaca.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah es batu, NaOH, kalium iodida dan air.

3.3  Prosedur Kerja
1.      Menetukan neraca massa dan neraca energi
Ditimbang air dengan massa 100 gram dalam gelas ukur, diukur temperaturnya kemudian dimasukkan es batu dengan berat tertentu, ditimbang campuran air dan es tersebut, diukur temperaturnya. Dihitung panas campuran tersebut.
2.      Menghitung panas pelarutan
1)      Ditimbang garam 2 gram dilarutkan dalam 100 mL air, diukur temperaturnya. Dipanaskan larutan tersebut selama 3 menit diukur temperaturnya dan dihitung panas pelarutannya.
2)      Ditimbang 5 gram Natrium Hidroksida (NaOH), dimasukkan dalam air sampai volume 50 mL, dihitung panas pelarutan larutan tersebut.


           
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1  Hasil
Tabel 1. Data hasil pengamatan
No.
Jenis larutan
Massa (g)
Temperatur (°C)
Cp (Kapasitas panas)
(J/Kg. °C)
Panas
(J)
Awal
Akhir
Awal
Akhir
1.
Air + Es batu
100,12
172,49
30
9
4.200
15.213,62
2.
Air + Garam
100,10
115,79
30
49
500
1.210,01
3.
Air + NaOH
50,4
52,71
30
49
3.330
3334,96

4.2  Pembahasan
Neraca energi adalah cabang keilmuan yang mempelajari kesetimbangan energi dalam sebuah sistem. Dalam praktikum ini kami melakukan percobaan tentang neraca energi. Bahan yang kami gunakan yakni meliputi air, garam, es batu dan NaOH. Percobaan pertama yang kami lakukan adalah menetukan neraca massa dan neraca energi. Petama-tama ditimbang air dengan massa 100,12 gram dalam gelas ukur, diukur temperaturnya yaitu sebesar 30°C. Kemudian dimasukkan es batu dengan berat tertentu, ditimbang campuran air dan es tersebut dan didapat hasilnya sebesar 172,49 gram, diukur temperaturnya yakni sebesar 9°C. Langkah menghitung panas campuran tersebut dan didapat hasil 15.213,62Joule.
Percobaan kedua yaitu menghitung panas pelarutan. Dalam menghitung panas pelarutan ada dua jenis larutan yang kami ujikan dalam praktikum ini. Yang pertama adalah larutan air ditambah gara. Mula-mula ditimbang garam 20 gram dilarutkan dalam 100 mL air, diukur temperaturnya yaitu 30°C. Dipanaskan larutan tersebut selama 3 menit diukur temperaturnya sebesar 49°C dan dihitung panas pelarutannya didapat hasil sebesar 1.210,01 Joule. Kemudian yang kedua adalah larutan air ditambah NaOH. Mula-mula ditimbang 5 gram Natrium Hidroksida (NaOH), dimasukkan dalam air sampai volume 50 mL, dihitung panas pelarutan larutan tersebut dan didapat hasil sebesar 3,33 Joule.
Adapun Natrium Hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan dalam labolatorium kimia. Natrium Hidroksida ini bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap karbondioksida dari uadara bebas. Natrium Hidroksida sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan, karena dalam proses pelarutannya dalam air bereaksi secara eksotermis.
Dari hasil praktkum ini dapat diketahui bahwa suatu sistem proses dalam praktikum ini merupakan perhitungan kuantitatif dari semua bahan-bahan yang masuk, yang keluar, yang terakumulasi (tersimpan) dan yang terbuang dalam sistem itu. Perhitungan neraca digunakan untuk mencari variabel proses yang belum diketahui, berdasarkan data variabel proses yang telah ditentukan/diketahui. Panas dipengaruhi oleh massa, kapasitas panas dan suhu. Panas benbanding lurus dengan massa, kapasitas panas dan suhu. Semakin besar massa, kapasitas panas dan suhu, semakin besar pula panasnya.


  













BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1  Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa :
1.      Neraca energi adalah cabang keilmuan yang mempelajari kesetimbangan energi dalam sebuah sistem.
2.      Suatu sistem proses dalam praktikum ini merupakan perhitungan kuantitatif dari semua bahan-bahan yang masuk, yang keluar, yang terakumulasi (tersimpan) dan yang terbuang dalam sistem itu.
3.      Panas reaksi pada larutan air ditambah es batu adalah sebesar 15.213,62 joule, untuk larutan air ditambah garam yang kemudian dipanaskan panas reaksinya sebesar 1.210,01 joule, dan untuk larutan air ditambah NaOH panas reaksinya sebesar 3334,96 joule.

5.2  Saran
Adapun saran dalam praktikum ini yaitu sealu menggunakan alat pelindung diri terutama saat mengambil bahan yang akan berdampak buruk jika tersentuh kulit atau terhirup melalui udara.













DAFTAR PUSTAKA
Earle,R.L. 1983. Satuan Operasi Dalam Pengolahan Pangan.
Holman, JP. 1995. Perpindahan Kalor. Jakarta : Erlangga.
















LAMPIRAN

1.      Panas air + es batu
Diketahui :
Massa        = 172,49 g
                  = 0,17249 kg
Cp             = 4.200 Kj/Kg°C
ΔT             = Tawal - Takhir
                  = 30°C – 9°C
                  = 21°C
Ditanyakan :
Q               = ….?
Penyelesaian :
Q               = m.Cp. ΔT
                  = (0,17249 kg) (4.200 Kj/Kg°C) (21°C)
                  = 15.213,62 Joule

2.      Panas air + garam
Diketahui :
Massa        = 115,79 g
                  = 0,11579 Kg
Cp             = 550 Kj/Kg°C
ΔT             = Tawal - Takhir
                  = 49°C – 30°C
                  = 19°C
Ditanyakan :
Q               = ….?
Penyelesaian :
Q               = m.Cp. ΔT
                  = (0,11579 kg) (550 Kj/Kg°C) (19°C)
                  = 1.210,01 Joule







Tidak ada komentar:

Posting Komentar