PERUBAHAN KARAKTERISTIK DAGING SAPI SEGAR YANG
DIKEMAS DENGAN BERBAGAI JENIS KEMASAN
PERCOBAAN II
(Praktikum Pengemasan dan Penyimpanan)
Kelompok
: 4
Agus
Setiawan B1315002
Jamilah B1315028
M. Putra
Fajar B1315041
Rina
Wardani B1315061
PROGRAM
STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
POLITEKNIK
NEGERI TANAH LAUT
PELAIHARI
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Daging
merupakan salah satu makanan yyang sudah dikenal sejak 750.000 tahun yang lalu
dalam bentuk daging penggang. Secara komersial pengemasan daging dikembangkan
bersama-sama dengan diketemukannya proses pendinginan menggunakan ammonia pada
akhir tahun 1800. Cara menggantikan cara pendinginan menggunakan es alami.
Penelitian secara ilmiah terhadap pengemasan daging dilakukan mulai tahun 1890
ketika banyak pengemasan daging dipelajari untuk proses pengolahan dan
pengemasan produk akhirnya.
Daging
segar sangat mudah rusak dan secara biologi masih aktif. Kerusakan daging segar
ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu karena adanya pertumbuhan
mikroorganisme dalam daging, kerusakan karena suhu, kadar air, oksigen, tingkat
kesamaan, dan pH serta kandungan gizi daging. Pengemasan daging terutama
ditujukan untuk mengurangi kehilangan air, sedangkan proses pendinginan
ditujukan untuk mengurangi serangan mikroorganisme.
Kerusakan
daging segar dapat dilihat dari perubahan warna dan perubahan flavor serta
tekstur daging. Pengemasan daging segar dapat dibagi dalam tiga keperluan,
yaitu produsen daging, pedagang eceran daging segar dan konsumen. Prinsip
peranan pengemasan adalah mencegah kehilangan air, bau dan perisa asing serta
transfer oksigen yang cukup.
1.2
Tujuan
Tujuan praktikum ini
yaitu untuk mengetahui perubahan karakteristik daging sapi segar yang dikemas
dengan berbagai jenis kemasan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Daging adalah semua bagian tubuh ternak yang dapat dan wajar
dimakan termasuk jaringan-jaringan dan organ tubuh bagian dalam seperti hati,
dan ginjal. Daging didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua
produk hasil pengolahan jaringan tersebut yang sesuai untuk dimakan serta
tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang memakannya. Dengan didasarkan
pada definisi tersebut maka organ-organ dalam (jeroan) dan produk olahan
seperti corned termasuk dalam kategori daging. Namun demikian sering dalam
kehidupan sehari-hari yang disebut dengan daging adalah semata-mata jaringan
otot, meskipun benar bahwa komponen utama penyusun daging adalah otot, tetapi
tidaklah sama otot dengan daging (Suharyanto, 2008).
Daging merupakan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi.
Komposisi daging relatif mirip satu dengan yang lainnya, terutama kandungan
protein sebesar 15-20%. Dibandingkan dengan bahan pangan sumber protein nabati,
kandungan asam amino di dalam daging lebih tinggi dan bervariasi sehingga
memberikan pengaruh yang baik bagi pertumbuhan tubuh. Daging juga merupakan
sumber Niasin, Riboflavin, dan Tiamin (Deptan, 2001).
Pada dasarnya daing sangat mudah
mengalami kerusakan karena
daging sangat mudah untuk ditumbuhi mikroba. Untuk
menghambat proses tersebut perlu adanya teknik dimana dalam mengurangi proses
terjadinya laju transpirasi pada buah dan sayuran. Cara yang paling efektif
untuk menurunkan laju respirasi adalah dengan menurunkan suhu produk namun
demikian beberapa cara tambahan dari cara pendinginan tersebut dapat
meningkatkan efektifitas penurunan laju respirasi. Cara tambahan selain
menurunkan suhu dilakukan pengemasan dengan pengemas plastik.
BAB III
METODE
3.1
Waktu dan Tempat
Praktikum ini
dilaksanakan pada hari Jum’at tanggal 4 Maret 2016 pukul 10.00-11.00 WITA di
Labolatorium Pangan Teknologi Industri Pertanian Politeknik Negeri Tanah Laut.
3.2
Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah
lemari es dan timbangan.
3.2.2 Bahan
Bahan
yang dugunakan dalam praktikum ini adalah toples, alumunium foil, daun jati,
plastik biasa (PE), plastik wrab dan daging sapi segar.
3.3
Prosedur Kerja
1.
Disiapkan alat
dan bahan
2.
Dilakukan
pengemasan menggunakan kemasan plastik biasa (PE) dan daun jati
3.
Dicatat hasil
pengamatan pada kolom pengamatan
4.
Dicari referensi
untuk melengkapi laporan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Table 1. Data hasil pengamatan daging sebelum
dikemas
No.
|
Pengamatan
|
Sebelum dikemas
|
|
Suhu kamar (A)
|
Lemari es (B)
|
||
1.
|
Warna
|
Merah hati (a dan b)
|
Merah hati (a dan b)
|
2.
|
Bau
|
Beraroma daging sapi segar (a
dan b)
|
Beraroma daging sapi segar (a
dan b)
|
3.
|
Tekstur
|
Berserat dan lembut (a dan b)
|
Berserat dan lembut (a dan b)
|
4.
|
Berat
|
Daun
jati (kemasan = 7,27 gram dan daging 31,06 gram)
Plastik
biasa (PE) (kemasan = 1,86 gram dan daging = 21,12 gram)
|
Daun
jati (kemasan = 6,28 gram dan daging 36,29
gram)
Plastik
biasa (PE) (kemasan = 1,75 gram dan daging = 29,46 gram)
|
Tabel 2. Data pengamatan daging setelah dikemas
No.
|
Pengamatan
|
Perlakuan
|
||||
Toples
|
Daun jati
|
Alumunium foil
|
Plastik wrab
|
Plastik biasa (PE)
|
||
1.
|
Warna
|
Merah (a), merah pucat (b)
|
Merah hati (a), merah hati
pudar (b)
|
Merah hati (a), merah hati (b)
|
Merah hati (a),
Merah kecoklatan (b)
|
Merah hati sedikit pucat (a),
merah hati pucat (b)
|
2.
|
Ketahanan
|
Belum busuk (a), belum busuk
(b)
|
Belum busuk (a), belum busuk
(b)
|
3 hari (a),
5 hari (b)
|
4 hari (a), 2 hari (b)
|
Belum busuk (a), belum busuk
(b)
|
3.
|
Tekstur
|
Kenyal (a), keras (b)
|
Empuk dan kenyal (a), empuk (b)
|
Kenyal (a), kenyal (b)
|
Kenyal (a), empuk (b)
|
Empuk dan kenyal (a), empuk (b)
|
4.
|
Bau
|
Daging (a), daging (mulai
busuk) (b)
|
Tidak bau amis (a), tidak bau
amis (b)
|
Khas daging (a), tidak ada bau
amis (b)
|
Sangat busuk (a), Tidak berbau
(b)
|
Tidak bau amis (a), tidak bau
amis (b)
|
5.
|
Berat
|
75,43
gram (a), 75,47 gram (b)
|
28,47 gram (a), 27,43 gram (b)
|
18,67 gram (a), 18,5 gram (b)
|
29,42 gram (a), 29,42 gram (b)
|
29,39 gram (a), 29,34 gram (b)
|
Ket : Senin
(a)
Selasa
(b)
Untuk pengamatan pada
sampel yang diletakkan di suhu kamar dapat dikatahui sebagai berikut. Untuk warnanya nampak tidak segar lagi dan
pucat, baunya menjadi amis kecut, tekksturnya berair dan lembek, beratnya
bertambah serta ketahanannya sudah busuk.
4.2
Pembahasan
Pada praktikum ini kami
lakukan uji pengemasan dengan lima cara, yaitu menggunakan daun jati, plastik
wrab, toples, alumunium foi dan plastik biasa (PE). Kemudian dilakukan dengan
dua cara yaitu diletakkan di kulkas dan di ruangan dengan suhu kamar.
Pertama-tama dilakukan pengamatan sebelum daging sapi dikemas meliputi bau,
tekstur, berat dan warna. Daging tersebut berwarna merah hati dangan bau khas
daging segar bertekstur kenyal serta empuk. Kemudian dilakukan pengamatan selama dua hari.
Dari
hasil pengamatan terjadi pengamatan selama dua hari dapat diketahui sebagai
berikut. Untuk sampel yang diletakkan di dalam kulkas nampak masih bagus dan
baik untuk dikonsumsi. Dari warnanya ada perubahan menjadi merah hati pucat,
katahanannya yaitu belum dapat bisa dikatakan busuk, bau amis yang terdapat
pada daging itu sendiri hilang dang beratnya menurun. Sedangkan hasil pengamatan untuk
daging yang diletakkan di suhu kamar yaitu warnanya nampak tidak segar lagi dan
pucat, baunya menjadi amis kecut, tekksturnya berair dan lembek, beratnya
bertambah serta ketahanannya sudah busuk.
Dari
praktikum diatas dapat lihat dari lama dan bentuk atau cara pengemasan bahwa
pengaruh kualitas daging segar dapat dipengaruhi oleh berbagai macam di mana
dalam pengamatan ini ditujukan untuk melihat kemasan mana yang lebih baik atau
yang lebih tahan lama daya simpan daging, dalam praktikum ini warna yang paling
bagus terdapat pada kemasan aluminium foil yang diletakkan di dalam kulkas,
yang cepat rusak/busuk terdapat pada semua sampel yang berada di suhu kamar
warnanya berubah dari warna merah segar menjadi warna coklat dan baunya pun
busuk (tidak sedap), dan tekstur yang diperoleh lunak dan berair. Sedangkan
dalam kemasan daun jati yang ditempatkan didalam kulkas baunya yang lebih
dibandingkan dengan kemasan lain dan warna yang diperoleh dari kemasan ini
adalah merah hati pucat dan teksturnya empuk. Sedangkan dalam kemasan pada
plastik baunya tidak amis lagi, dan warnanyapun berubah menjadi merah hati
pucat, dan teksturnya empuk, sedangkan dalam kemasan plastik biasa (PE)
baunyapun tidak amis dan warna merah hati pucat dan tekstur kenyal, sedangkan
dalam kemasan pada aluminium foil warnanya merah hati dan baunya tidak amis.
Dari hasil
pengamatan diatas warna yang paling bagus terdapat pada kemasan alumunium foil,
sedangkan bau yang sangat bau terdapat pada kemasan daun jati, yang paling
bagus untuk kemasan daging segar adalah plastik wrab.
Kerusakan
bahan pangan seperti daging sapi di atas disebabkan daging memiliki kandungan
air yang cukup tinggi yang merupakan syarat untuk berbagai mikroorganisme untuk
tumbuh. Tumbuhnya mikroorganisme ini dapat menyebabkan kerusakan enzimatis,
yaitu kerusakan yang disebabkan mikroorganisme tersebut menghasilkan
enzim-enzim hasil metabolisme yang dapat merusak daging.
Selain
kadar air, suhu juga berperan dalam ketahanan umur simpan daging sapi. Pada
suhu ruangan, biasanya mikroorganisme akan lebih cepat berkembang sehingga daging sapi menjadi cepat
busuk. Sedangkan pada suhu yang lebih rendah, metabolisme mikroorganisme akan
melemah sehingga dagingpun menjadi lebih awet. Karena itu mutlak diperlukan
suatu metode penyimpanan dan pengemasan yang baik untuk memperpanjang rentang
waktu proses kebusukan daging tersebut agar dapat dimanfaatkan semaksimal
mungkin.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Dari praktikum yang kami lakukan
dapat disimpulkan bahwa :
1. Penyimpanan terhadap suhu rendah
berpengaruh terhadap warna,tekstur dan bobot bahan pangan segar.
2. Pada penyimpanan daging, penyimpanan yang paling tahan lama yaitu dikemas pada plastik
wrab yang disimpan pada suhu dingin. Sedangkan yang paling tidak tahan lama dan
mudah rusak yaitu yang disimpan pada suhu kamar.
3. Pada penyimpanan daging yang paling
tahan lama yaitu disimpan pada suhu rendah yaitu di kulkas.
5.2
Saran
Proses pengemasan merupakan salah satu alternatif dalam
menyimpan produk pertanian terutama hasil tanaman holtikultura. Dalam
pengemasan perlu memperhatiakan bahan pengemasan yang digunakan dan produk
holtikultura yang akan dikemas karena kedua faktor tersebut saling keterkaitan
dalam proses pengemasan.
DAFTAR PUSTAKA
Deptan.2001.Teknologi Pemroses, Pengemasan dan
Penyimpanan Benih. Yogyakarta: Kanisius.
Fadhullah, Vian. 2013. http://semuatentangpertanian.blogspot.co.id/2013/05/laporan-pengemasan.html. Diakses tanggal 6 Maret 2016
Munirahsyah.2013.http://munirahsyahdu009.blogspot.co.id/2013/05/laporan-praktikum-penyimpanan-bahan.html. Diakses tanggal 6 Maret 2016
Noor,
Ridwan Alfian.2014.
http://www.scribd.com/doc/248487952/Laporan-Praktikum-Pengemasan. Diakses tanggal 6 Maret 2016
Suharyanto.2008.Pengembangan Model Tekstur Dan Umur
Simpan Daging Dengan Variasi Suhu Dan Tekanan Pada Penyimpanan Hipobarik. Jurnal Teknologi Pertanian 7(1): 10-19.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar