Selasa, 19 April 2016

Laporan Praktikum Proses Mixing



PROSES MIXING
PERCOBAAN III
(Praktikum Mesin dan Peralatan Industri)







Kelompok : 4

Ayu Nurmalasari                  B1315012
Fitri Khairunnisa                  B1315020
Jamilah                                   B1315028
Martini                                   B1315036






PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT
PELAIHARI
2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pengawetan makanan dapat dilakukan dengan beberapa teknik baik yang menggunakan teknologi tinggi maupun teknologi sederhana. Caranya pun  beragam dengan berbagai tingkat kesulitan. Namun inti dari pengawetan makanan adalah suatu upaya untuk menahahan laju pertumbuham mikroorganisme pada makanan. Teknik pengolahan dan pengawetan makanan itu ada beberapa cara, yaitu: pendinginan, pengeringan, pengalengan, pengemasan, penggunaan bahan kimia, penggunaan zat aditif (tambahan) dan pemanasan. Proses pengeringan merupakan proses pangan yang pertama dilakukan untuk mengawetkan makanan. Selain untuk mengawetkan bahan pangan yang mudah rusak atau busuk pada kondisi penyimpanan sebelum digunakan, pengeringan pangan juga menurunkan  biaya dan mengurangi kesulitan dalam pengemasan, penanganan, pengangkutan dan penyimpanan, karena dengan pengeringan bahan menjadi padat dan kering, sehingga volume bahan lebih ringkas, mudah dan hemat ruang dalam  pengangkutan, pengemasan maupun penyimpanan (Putra, 2013).
Adapun proses pencampuran  bertujuan untuk menggabungkan bahan menjadi suatu campuran yang menyebar secara sempurna. Secara fisik bahan – bahan yang ada dialam terdiri dari berbagai bentuk dan fase, oleh karena itu proses pencampuranpun terdiri dari berbagai variasi sesuai dengan jenis bahan yang akan dicampur.
Jenis atau bentuk bahan yang akan dicampur menentukan jenis blade atau impeler yang akan digunakan. Ada bermacam-macam blade dengan bentuk yang beragam sesuai bentuk bahan. Pengadukan bahan cair pada umumnya dilakukan dalam suatu bejana, biasa berbentuk silinder yang memiliki sumbu vertikal. Bagian atas dari bejana dapat terbuka terhadap udara atau boleh juga ditutup. Selain dari bentuk bejana tersebut, perlu ditambahkan perlengkapan-perlengkapan yang mendukung proses pengadukan, seperti impler dimana ada bermacam-macam impler dengan bentuk yang beraneka ragam sesuai dengan pola pengadukan yang dibutuhkan (Saputra, 2013).
Dalam praktikum ini kami melakukan percobaan pencampuran untuk mengetahui kecepatan rotasi mesin permenit.

1.2  Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui rotasi/putaran mesin permenit
















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Mixing
Pencampuran adalah proses yang menyebabkan tercampurnya suatu bahan ke bahan lain dimana bahan-bahan tersebut terpisah dalam fasa yang berbeda. Pencampuran dapat dipisahkan menjadi komponen aslinya secara mekanis. Pencampuran dapat bersifat homogen atau heterogen.
Tujuan dari proses pencampuran yaitu mengurangi ketidaksamaan atau ketidakrataan dalam komposisi, temperatur atau sifat-sifat lain yang terdapat dalam suatu bahan atau terjadinya homogenisasi, kebersamaan dalam setiap titik dalam pencampuran. Dampak dari hasil pencampuran adalah terjadinya homogenitas, kebersamaan dalam setiap titik dalam pencampuran. Dampak dari hasil pencampuran adalah terjadinya keadaan serba sama, terjadinya reaksi kimia, terjadinya perpindahan panas, dan perpindahan massa. Dan dampak tersebut merupakan tujuan akhir dari suatu proses pencampuran.
Tujuan dari proses pencampuran yaitu mengurangi ketidaksamaan atau ketidakrataan dalam komposisi, temperature atau sifat-sifat lain yang terdapat dalam suatu bahan atau terjadinya homogenisasi, kebersamaan dalam setiap titik dalam pencampuran. Dampak dari hasil pencampuran adalah terjadinya homogenitas, kebersamaan dalam setiap titik dalam pencampuran. Dampak dari hasil pencampuran adalah terjadinya keadaan serba sama, terjadinya reaksi kimia, terjadinya perpindahan panas, dan perpindahan massa. Dan dampak tersebut merupakan tujuan akhir dari suatu proses pencampuran.
Dalam praktek, operasi pencampuran hampir selalu mempunyai multi fungsi yaitu ketika proses dilakukan didalam tangki berpengaduk mekanis, pengaduk menjalankan banyak tugas, sebagai contoh dalam tangki kristalisasi harus memperhatikan bulk blending, heat transfer dan suspense kristal.
a. Pencampuran bahan padat-padat
Pencampuran dua atau lebih dari bahan padat banyak dijumpai yang akan menghasilkan produk komersial industri kimia. Contohnya pencampuran bahan pewarna dengan bahan pewarna lainnya atau dengan bahan penolong untuk menghasilkan nuansa warna tertentu atau warna yang cemerlang. Alat yang digunakan untuk pencampuran bahan padat dengan padat dapat berupa bejana-bejana yang berputar, atau bejana-bejana berkedudukan tetap tapi mempunyai perlengkapan pencampur yang berputar, ataupun pneumatik.
b. Pencampuran bahan cair-gas
Untuk proses kimia dan fisika tertentu gas harus dimasukkan ke dalam cairan, artinya cairan dicampur secara sempurna dengan bahan-bahan berbentuk gas. Contohnya Proses hidrogenasi, khorinasi dan fosfogensi, Oksidasi cairan oleh udara (fermentasi, memasukkan udara kedalam lumpur dalam instalasi penjernih biologis) (Aiko, Shinta,  2012).
Macam-macam alat pencampur antara lain:
a. Alat pencampur liquid
Untuk pencampuran liquid, propeller mixer adalah jenis yang paling umum dan memuaskan, alat ini terdiri dari tangki silinder yang dilengkapi dengan propeller atau blender beserta motor pemutar, bentuk propeller, impeller, blender dibesain sedemikian rupa untuk efektivitas pencampuran dan disesuaikan dengan viskositas fluida. Pada jenis alat pencampur ini, diusahakan untuk menghindari tipe aliran monoton yang berputar melingkari dinding yang sangat kecil konstribusinya terhadap pengaruh pencampuran.
b. Alat pencampur granula
Dalam pencampuran ini dapat digunakan ribbon blender dan double cone mix. Double cone blender adalah alat pencampur yang terdiri dari dua kerucut yang berputar pada porosnya, jika kerucut berputar maka tepung granula berada di dalam granula yang berada di dalam volume kerucut akan teragritasi dan tercampur. Pencampuran tipe ini memerlukan energi yang dikonsumsi diubah menjadi panas yang dapat menyebabkan terjadinya kenaikan suhu dari produk. Untuk menentukan jenis dari alat pencampur tergantung pada jenis bahan yang akan dicampurkan (cair, padat, gas), kecepatan alat yang diinginkan serta kekentalan dari suatu bahan tersebut. Alat pencampur ini dikelompokkan menurut kekentalan yaitu:
a)      Alat pencampur untuk bahan cair yang memiliki viskositas rendah-sedang
b)      Alat pencampur untuk bahan cair yang memiliki viskositas tinggi-pasta
c)      Alat pencampur untuk tepung kering atau padatan.
c. Alat pencampur untuk tepung yang kering atau padatan
Dalam melakukan pencampuran dibutuhkan kecepatan dari suatu alat pencampur. Kecepatan komponen-komponen cairan yang dicampurkan disebabkan oleh pengadukan dan kecepatan pengadukan terdiri dari:
a)      Kecepatan radial yang berfungsi sebagai arah ke pengaduk
b)      Kecepatan longitudinal, pararel dari pengaduk
c)      Kecepatan rotasional tangensial ke pengaduk
Faktor-faktor yang mempengaruhi pencampuran adalah ukuran partikel bentuk dan pengaduk dari masing-masing komponen, kadar air permukaan baha pangan dan karakteristik aliran masing-masing bahan.
Prinsip percobaan pencampuran adalah berdasarkan pada peningkatan pengacakan dan distribusi dua atau lebih kompnen mempunyai sifat yang berbeda. Derajat pencampuran dapat dikarakterisasi dari waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pencampuran. Derajat keragaman pencampuran diukur dari sampel yang diambil selama pencampuran jika komponen yang dicampur telah terdistribusi melalui komponen lain secara random, maka dikatakan pencampuran telah berlangsung dengan baik. Derajat pencampuran yang dicapai tergantung pada:
a)      Efisiensi alat pencampur untuk komponen yang dicampur
b)      Kecerendungan komponen untuk membentuk agregat
c)      Kadar air, sifat permukaan dan aliran dari masing-masing komponen.
Proses pencampuran dibagi menjadi dua, yaitu emulsifikasi dan homogenisasi. Emulsifikasi adalah proses pembentukan suatu campuran yang berasal dari dua fase yang berbeda.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pencampuran adalah ukuran partikel bentuk dan pengaduk dari masing-masing komponen, kadar air permukaan bahan pangan dan karakteristik aliran masing-masing bahan. Homogenisasi adalah operasi ganda penurunan dropler (ukuran partikel) dari fase terdispersi dan sekaligus mendistribusikannya kedalam fasa kontinyu (Putra, 2013).























BAB III
METODE

3.1  Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 15 Maret 2016 pukul pukul 11.00-13.00 WITA di Labolatorium Pangan Teknologi Industri Pertani Politeknik Negeri Tanah Laut.

3.2  Alat dan Bahan
3.2.1     Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain mixer, oven, microwave, stopwatch, loyang dan kuas.
3.2.2     Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah tepung, gula, margarin, ragi, garam, susu bubuk, air, kuning telur dan pelembut kue.

3.3  Prosedur Kerja
a.    Proses Mixing
1.      Dimasukkan bahn-bahan seperti tepung, gula, garam dan susu ke mixer mekanis
2.      Dimixer selama 1 menit dan dihitung kecepatan putaran/rotasinya.
3.      Dipisahkan kuning telur dari putihnya dan ditambahkan kedalam adonan
4.      Ditambahkan ragi dan SP, serta sedikit air
5.      Dimixer selama 1 menit dan dihitung kecepatan putaran/rotasinya (liquid solid)
6.      Ditambahkan mentega dan pelembut kue
7.      Dimixer selama 1 menit dan dihitung kecepatan putaran/rotasinya (solid-solid)




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1  Hasil
Tabel  hasil pengamatan proses mixing
No.
Bahan
Waktu
Rotasi permenit (rpm)
1.
Dry powder
1 menit
62
2.
Liquid solid
1 menit
66
3.
Solid-solid
1 menit
105


4.2  Pembahasan
Mencampur  adalah suatu proses operasi yang menggabungkan dua macam atau lebih komponen bahan yang berbeda hingga tercapai suatu keseragaman. Prinsip pencampuran didasarkan pada peningkatan pengacakan dan distribusi dua atau lebih komponen yang mempunyai sifat yang berbeda. Dalam praktikum ini kami mencampurkan beberapa bahan seperti tepung, gula, garam dan susu ke mixer mekanis. Lalu dimixer selama 1 menit dan dihitung kecepatan putaran/rotasinya dan didapat hasil 62 rpm. Lalu ditambahkan lagi kuning telur, ragi, baking powder dan sedikit air. Dihitung kecepatan putaran/rotasinya dan didapat hasil 66 rpm. Kemudian Dimasukkan bahan terakhir yaitu mentega dan pelembut kue. Dihitung kembali kecepatan rotasinya dan didapat hasil sebesar 105 rpm.
 Tujuan pencampuran dengan menggunakan alat pencampur adonan (mixer) adalah untuk memperoleh adonan yang elastis dan menghasilkan pengembangan gluten yang diinginkan.
Ada dua jenis pencampuran, yaitu (1) pencampuran sebagai proses terminal sehingga hasilnya merupakan suatu bahan jadi yang siap pakai, dan (2) pencampuran merupakan proses pelengkap atau proses yang mempercepat proses lainnya seperti pemanasan, pendinginan atau reaksi kimia. Pada proses pencampuran diharapkan tercapai suatu derajat keseragaman tertentu. Derajat keseragaman ini berbeda-beda tergantung pada tujuan pencampuran yaitu keseragaman dalam konsentrasi satu macam bahan atau lebih, keseragaman suhu, atau keseragaman fisik tepung. Pencampuran ini dapat terjadi antara bahan dry powder, liquid solid dan solid-solid. Dalam pencampuran bahan yang dicampur harus berurutan agar bahan dapat tercampur dengan rata dan dapat membuat adonan lembut.




























BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1  Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa :
1.      Pencampuran bertujuan untuk menghasilkan suatu campuran yang homogen. Salah satu alat yang dapat digunakan dalam proses pencampuran adalah mixer.
2.      Dalam proses pencampuran adonan kecepatan rotasi permenitnya adalah 62 rpm. Untuk pencampuran liquid solid kecepatan rotasi permenitnya adalah 66 rpm. Dan untuk pencampuran solid-solid kecepatan rotasi permenitnya adalah 105 rpm.
3.      Faktor-faktor yang mempengaruhi pencampuran adalah ukuran partikel bentuk dan pengaduk dari masing-masing komponen, kadar air permukaan bahan pangan dan karakteristik aliran masing-masing bahan.


5.2  Saran
Dalam proses pencampuran sebaiknya benar-benar diperhatikan kecepatan rotasi permenit agar tidak ada hasil yang keliru.









DAFTAR PUSTAKA
Aiko, Shinta . 2012. http://diangmarahati.blogspot.co.id/2012/12/laporan-mixin g.html. Diakses pada tanggal 21 Maret 2016
Putra.2013http://satriyasaputra.blogspot.co.id/2013/09/pencampuran-mixing.html. Diakses pada tanggal 21 Maret 2016
Saputra, Satriya. http://satriyasaputra.blogspot.co.id/2013/09/drying.html. Diakses pada tanggal 21 Maret 2016



Tidak ada komentar:

Posting Komentar