STERILISASI
PERCOBAAN I
(Praktikum Mikrobiologi Industri)
Kelompok
: 6
Iva
Nurhaetul B1315027
Jamilah B1315028
Martini B1315036
Rina
Wardani B1315061
PROGRAM
STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
POLITEKNIK
NEGERI TANAH LAUT
PELAIHARI
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam
mempelajari mikroorganisme dalam kultur murni, para mikrobiologi
memerlukan alat-alat yang menunjang dalam usaha mendapatkan kultur murni.
Dalam mikrobiologi, peralatan laboratorium merupakan unsur penting yang harus
ada. Peralatan yang ada dalam laboratorium pun haruslah steril agar dapat
menunjang pekerjaan yang berhubungan dengan mikroorganisme dan hal tersebut
merupakan syarat mutlak. Artinya, pada bahan atau peralatan yang akan digunakan
harus bebeas dari mikroorganisme yang tidak diingikan yang dapat merusak media
atau koloni suatu mikroorganisme yang diinginkan (Suriawira, 2005).
Sterilisasi dalam mikrobiologi adalah suatu proses untuk mematikan semua
organisme yang terdapat pada atau didalam suatu benda. Ketika anda untuk
pertama kalinya melakukan pemindahan biakan bakteri secara aseptik,
sesungguhnya anda telah menggunakan salah satu sterilisasi, yaitu pembakaran.
Namun kebanyakan peralatan dan media yang umum dipakai dalam pekerjaan
mikrobiologis akan menjadi rusak bila dibakar. Untungnya tersedia berbagai
metode lain yang efektif (Hadioetomo, 1993).
Ada tiga cara yang umum digunakan dalam sterilisasi
yaitu penggunaan panas, penggunaan bahan kimia dan penyaringan (Filtrasi). Bila
panas digunakan bersama – sama dengan uap air maka disebut sterilisasi panas
lembut atau sterilisasi basah, bila tanpa kelembapan maka disebut sterilisasi
panas kering atau sterilisasi kering (Hadioetomo, 1993).
Sterilisasi kimiawi dapat dilakukan dengan
menggunakan gas atau radiasi. Metode sterilisasi yang umum digunakan secara
rutin dilaboratorium mikrobiologi ialah yang menggunakan panas
(Hadioetomo, 1993).
Mikroorganime
hidup di segala tempat (tanah, air udara makanan, pembuangan, dan pada
permuikaan tubuh). Keberadaan mereka yang ada di segala tempat menyulitkan para
mikrobiolog untuk memperoleh suatu koloni mikroorganisme tertentu dan yang
sejenis tanpa adanya mikroorganisme lain yang mencampuri koloni tersebut.
Kultur mikroorganisme yang tersusun dari sel-sel sejenis (tuinggal) disebut
juga sebagai kultur murni.
Steril
merupakan syarat mutlak keberhasilan kerja dalam lab mikrobiologi. Dalam
melakukan sterilisasi, diperlukan teknik-teknik agar sterilisasi dapat
dilakukan secar sempurna, dalam arti tidak ada mikroorganisme lain yang
mengkontaminasi media. Sterilisasi adalah proses untuk menjadikan alat-alat
terbebas dari segala bentuk kehidupan. Seperti yang telah disebutkan bahwa
tujuan sterilisasi untuk mematikan mikroorganisme yang tidak diinginkan agar
tidak ikut tumbuh.
Ada
beberapa teknik sterilisasi, yaitu dengan cara fisik dengan panas, mekanik
dengan filtrasi dan kimia dengan senyawa-senyawa kimia. Dalam praktikum ini
kami mencoba mempelajari bagaimana cara mensterilisasi cawan petridis dengan
menggunakan autoclave dan mensterilisasi jarum ose menggunakan lampu Bunsen.
1.2
Tujuan
Untuk
mempelajari dan mempraktikan teknik sterilisasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sterilisasi adalah
suatu proses di mana kegiatan ini bertujuan untuk membebaskan alat ataupun
bahan dari berbagai macam mikroorganisme. Suatu bahan bisa dikatakan steril
apabila bebas dari mikroorganisme hidup yang patogen maupun tidak baik dalam
bentuk vegetatif maupun bentuk nonvegetatif (spora) (Subaghdja, 2010).
Sterilisasi adalah
suatu proses untuk membunuh semua jasad renik yang ada, jika ditumbuhkan di
dalam suatu medium tidak ada jasad renik yang dapat berkembang baik.
Sterilisasi harus dapat membunuh renik yang paling tahan panas yaitu spora
bakteri (Fardiaz, 1992).
Adanya pertumbuhan
mikroorganisme menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri masih berlangsung dan
tidak sempurnanya proses sterilisasi. Jika sterilisasi berlangsung sempurna,
maka spora bakteri yang merupakan bentuk paling resisten dari kehidupan mikrobia
akan diluluhkan (Lay dan Hatowo, 1992).
Pada prinsipnya
sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan
kimiawi. Pemilihan mekanisme sterilisasi yang dilakukan hendaknya disesuaikan
dengan sifat bahan yang akan disterilkan. Sterilisasi secara fisik dilakukan
dengan menggunakan pemanasan, penggunaan sinar UV, sinar X, dan sinar-sinar
yang memiliki panjang gelombang pendek (Waluyo, 2008).
Ada tiga cara utama
yang umum dipakai dalam sterilisasi yaitu penggunaan panas, penggunaan bahan
kimia, dan penyaringan (filtrasi). Bila panas digunakan bersama-sama dengan uap
air maka disebut sterilisasi panas lembab atau sterilisasi basah, bila tanpa
kelembaban maka disebut sterilisasi panas kering atau sterilisasi kering. Di
lain pihak, sterilisasi kimiawi dapat dilakukan dengan mengunakan gas atau
radiasi. Pemilihan metode didasarkan pada sifat bahan yang disterilkan (Ratna,
1993).
Menurut Ratna
(1993), berikut ini adalah jenis proses sterilisasi:
a.
Sterilisasi basah atau sterilisasi panas lembab
Sterilisasi basah
biasanya dilakukan di dalam autoklaf atau sterilisator uap yang mudah diangkat
(portable) dengan menggunakan air jenuh bertekanan pada suhu 121oC
selama 15 menit. Maka sterilisasi basah dapat digunakan untuk mensterilkan
bahan apa saja yang dapat ditembus uap air (misalnya minyak) dan tidak rusak
bila dipanaskan dengan suhu yang berkisar antara 110oC dan 121oC.
Bahan-bahan yang biasanya disterilkan dengan cara ini antara lain medium biakan
yang umum, air suling, peralatan laboratorium, biakan yang dibuang, medium yang
tercemar, dan bahan-bahan dari karet.
Ada 4 hal utama
yang harus diingat bila melakukan sterilisasi basah:
1. Sterilisasi
bergantung pada uap, karena itu udara harus dikosongkan betul-betul dari ruang
sterilisator.
2. Semua bagian bahan
yang disterilkan harus terkena uap, karena itu tabung dan labu kosong harus
diletakkan dalam posisi tidur agar udara tidak terperangkap di dasarnya.
3. Bahan-bahan yang
berpori atau yang berbentuk cair harus permeabel terhadap uap.
4. Suhu sebagaimana
yang terukur oleh termometer harus mencapai 121oC dan dipertahankan
setinggi itu selama 15 menit.
b.
Sterilisasi kering
Sterilisasi kering
atau sterilisasi panas kering dapat diterapkan dengan cara pemanasan langung
sampai merah, meayangkan di atas nyala api, pembakaran dan sterilisasi dengan
udara panas (oven). Pemanasan kering sering digunakan dalam sterilisasi
alat-alat gelas di laboratorium.
Dalam sterilisasi
panas kering, bahan yang sering disterilkan adalah pipet, tabung reaksi, cawan
petri dari kaca, dan barang-barang pecah belah lainnya. Bahan-bahan yang
disterilkan harus dilindungi dengan cara membungkus, menyumbat atau menaruhnya
dalam suatu wadah tertutup untuk mencegah kontaminasi setelah dikeluarkan dari
oven.
Sebelum melakukan
sterilisasi udara panas kering ini terlebih dahulu membungkus alat-alat gelas
dengan kertas payung atau aluminium foil, setelah itu atur pengatur suhu oven
menjadi 160oC dan alat disterilkan selama 2 jam.
c.
Sterilisasi uap
Uap panas pada suhu
100oC dapat digunakan dalam bentuk uap mengalir. Metode ini
mempunyai keterbatasan. Penggunaan uap mengalir dilakukan dengan proses
sterilisasi bertingkat untuk mensterilkan media kultur. Metode ini jarang
memuaskan untuk larutan yang mengandung bahan-bahan karena spora sering gagal
tumbuh di bawah kondisi ini, karena bentuk vegetatif dari kebanyakan bakteri
tidak membentuk spora. Temperatur suhu titik mati bervariasi, tetapi tidak ada
bentuk non spora yang bertahan. Dalam prakteknya, suatu perpanjangan pemaparan
uap selama 20-60 menit akan membunuh semua bentuk vegetatif bakteri tapi tidak
akan menghancurkan spora. Untuk meyakinkan penghancuran spora, dilakukan
sterilisasi bertingkat. Proses ii dilakukan dengan waktu yang bervariasi, dari
20-60 menit setiap hari selama 3 hari. Setiap hari setelah sterilisasi bahan
disimpan pada inkubator pada 37oC. Prinsip dari metode ini adalah
pada saat pemaparan pertama, uap membunuh bakteri vegetatif tapi tidak
sporanya. Tapi pada saat bahan disimpan pada inkubator atau pada suhu ruangan
selama 24 jam, spora akan tumbuh ke dalam bentuk vegetatif. Spora yang telah
tumbuh ini akan dimatikan pada pemanasan hari ke dua. Kesuksesan dari proses
ini tergantung pada spora yang berkembang ke bentuk vegetatif selama masa
istirahat.
d.
Penyaringan (filtrasi)
Penyaringan telah
banyak digunakan untuk mensterilkan medium laboratorium dan larutan yang dapat
mengalami kerusakan jika dipanaskan. Penyaringan dengan ukuran pori-pori 0,45
mikron atau kurang akan menghilangkan jasad renik yang terdapat di dalam larutan
tersebut. Penyaring yang banyak digunakan terbuat dari gelas sinter, selulsa
dan asbestos atau penyaring Seitz. Pori-pori dari penyaring tersebut berkisar
antara 0,22 sampai 10 mikron. Pori-pori yang lebih kasar biasanya digunakan
untuk penjernihan sebelum digunakan pori-pori yang lebih halus, sehingga tidak
terjadi penyumbatan. Penyaring yang biasa digunakan untuk bakteri tidak dapat
menahan atau menyaring virus atau mikoplasma.
Beberapa contoh
bahan yang biasa disterilkan dengan cara ini adalah serum, larutan bikarbonat,
enzim, toksin, bakteri, medium sintetik tertentu, dan antibiotik.
Ada beberapa macam
filter, yaitu:
1)
Filter Swinny
Sebuah adaptasi
dari filter seitz, filter swinny mempunyai adaptor khusus yaitu terdiri dari
lapisan asbes, bersama dengan layer dan pencuci. Keutamaan untuk digunakan
filter swinny dibungkus dengan kertas dan autoklaf. Bagian yang dipotong
dihubungkan pada spoit werlock dan cairan dimasukkan ke potongan asbes dengan
menggunakan tekanan pada sal spoit.
2)
Filter Fritted-Glass
Permeabilitas dari
filter berbanding lurus dengan ukurannya. Setelah potongan dibentuk, potongan
disegel dengan pemanasan di dalam gelas pirex seperti corong buhcner.
3)
Filter Berkefeld dan Mandler
Mandler terbuat
dari tanah silika murni, asbestos dan kalium sulfat. Berkefeld juga tersusun
dari tanah silika murni. Masing-masing filter bermuatan negatif.
4)
Filter Selas
Filter ini secara
kimia bersifat resisten terhadap semua larutan yang tidak menyerang silika.
5)
Filter Candles-Pasteur-Chamberland
Terbuat dari pori
porselen tak berkaca dengan pori kecil yang menghasilkan filtrasi lambat.
e.
Sterilisasi dengan desinfektan
Desinfektan adalah
zat yang dapat membunuh bakteri. Senyawa kimia yang banyak digunakan sebagai
esinfektan antara lain: larutan AgNO3, CuSO4, HgCl2,
ZnO, serta alkohol dan campurannya. Zat-zat yang dapat membunuh atau menghambat
pertumbuhan bakteri dapat dibagi atas garam-garam, logam, fenol, dan
senyawa-senyawa lain yang sejenis, formaldehida,yodium, alkohol, klor, zat
warna, detergen, sulfonamida, dan antibiotik. Umumnya bakteri yang muda kurang
daya tahannya terhadap desinfektan daripada bakteri yang tua. Kepekatan,
konsentrasi dan lamanya berada di bawah pengaruh desinfetan merupkan
faktor-faktor yang berperan dalam sterilisasi jenis ini.
f.
Sterilisasi gas
Sterilisasi gas
digunakan dalam pemaparan gas atau uap untuk membnih mikroorganisme dan
sporanya. Beberapa bahan kimia yang dapat digunakan untuk sterilisasi gas
adalah etilena oksida, asam parasetat, formaldehida dan glutaraldehida alkalin.
Cara ini diterapkan pada suhu kamar selama 2-18 jam tergantung pada bahan
kimianya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dapat sterilisasi gas antara lain:
1)
Lamanya waktu yang diperlukan sesudah perlakuan untuk
menghilangkan semua sisa bahan kimia yang digunakan.
2)
Daya bahan bakar yang bersangkutan.
3)
Persyaratan peralatan.
4)
Biaya pelaksanaan.
g.
Sterilisasi dengan radiasi
Sterilisasi dengan
radiasi dapat dilakukan dengan sinar gamma (sinar UV kadang juga digunakan
tetapi tidak begitu baik karena daya tembusnya lemah) namun penggunaannya
terbatas karena menuntut persyaratan keamanan dan biaya tinggi.
BAB III
METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum
dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 25 Februari 2016 pukul 15.00-17.00 WITA di
Labolatorium Kimia Teknologi Industri Pertanian Politeknik Negeri Tanah Laut.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan
dalam praktikum ini adalah autoklaf, cawan petridis, korek api, jarum ose dan
bunsen.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan
dalam praktikum ini adalah kertas, alkohol, dan akuades.
3.3
Prosedur Kerja
A.
Sterilisasi
menggunakan autoklaf (panas basah)
1.
Diletakkan cawan
Petridis dalam keadaan terbalik di atas kertas kemudian dibungkus dengan rapi.
2.
Dibuka tutup
autoklaf dan dicek dahulu banyak air dalam autoklaf.
3.
Ditambahkan air
jika kurang dari tanda batas yang ditentukan.
4.
Dimasukkan
peralatan/bahan yang akan disterilkan.
5.
Ditutup autoklaf
dengan rapat dan dikencang baut pengaman agar tidak ada udara yang keluar.
6.
Dinyalakan
autoklaf dan diatur timer dengan waktu minimal 15 menit pada suhu 121°C.
7.
Jika autoklaf
berbunyi maka tanda sterilisasi selesai.
8.
Dikeluarkan
peralatan/bahan dari dalam autoklaf dengan hati-hati.
B.
Sterilisasi
menggunakan lampu bunsen (pemijaran)
1.
Dipanaskan jarum
ose pada lampu Bunsen sampai berwarna merah.
2.
Didiamkan
sebentar sampai kira-kira jarum ose dingin/steril.
3.
Diambil mikroba
yang ada di dalam cawan Petridis menggunakan jarum ose yang sudah steril.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Hasil akhir dari proses sterilisasi
yang kita dapatkan setelah menginkubasi peralatan/bahan ke dalam autoclave pada
suhu 1210C selama 15 menit, serta jarum ose yang dipanaskan di atas
api lampu bunsen tersebut menjadi steril (matinya mikroorganisme yang terdapat
pada alat dan bahan).
4.2
Pembahasan
Sterilisasi adalah suatu proses dimana kegiatan ini
bertujuan untuk membebaskan alat ataupun bahan dari berbagai macam
mikroorganisme. Suatu bahan bisa dikatakan steril apabila bebas dari
mikroorganisme hidup yang patogen maupun tidak baik dalam bentuk vegetatip
walaupun bentuk nonvegetatif (spora).
Sebelum melakukan percobaan maupun penelitian alat
dan bahan yang akan digunakan harus disterilisasikan terlebih dahulu. Alat yang
digunakan dalam suatu penelitian atau praktikum harus disterilkan terlebih
dahulu untuk membebaskan suatu bahan dan peralatan tersebut dari semua bentuk
kehidupan. Alat-alat yang di gunakan dalam strilisasi yaitu autoklaf, kertas,
cawan petridis, lampu bunses, korek api, jarum ose, alkohol dan akuades.
Metode yang digunakan dalam praktikum strerilisasi
adalah mengunakan metode panas kering dan panas basah (mengunakan uap air).
Sterilisasi panas kering dilakukan menggunakan lampu Bunsen.. Pada kondisi
panas kering, protein akan terdenaturasi, sitoplasma akan kering, dan berbagai
komponen sel dan virus teroksidasi. Panas basah (menggunakan uap air), lebih
mematikan dibandingkan panas kering pada suhu yang sama. Hal ini disebabkan
kehadiran molekul air membantu memecahkan ikatan hidrogen pada membran.
Sterilisasi panas basah ini dilakukan
dengan alat autoklaf.
Autoklaf berfungsi untuk mensterilkan dan membunuh
mikroba kontaminan pada alat atau bahan yang akan digunakan. Sterilisasi
basah menggunakan autoklaf ini menggunakan
uap air jenuh pada suhu 1210C selama 15 menit. Adapun alasan
digunakannya suhu 1210C itu disebabkan oleh tekanan 1 atm pada
ketinggian permukaan laut. Busen digunakan untuk memanaskan
jarum ose. Pemanasan dilakukan sampai jarum ose memerah yang artinya jarum ose
tersebut sudah steril.
Ada 4 hal
utama yang harus diingat bila melakukan sterilisasi basah, yaitu :
a) Sterilisasi bergantung pada uap,
karena itu udara harus dikosongkan betul-betul dari ruang autoklaf
(sterilisator).
b) Semua bagian bahan yang disterilkan
harus terkenah iuap, karena itu tabung dan labu kosong harus diletakan dalam posisi tidur agar
udara tidak terperangkap di dasarnya.
c) Bahan-bahan yang berpori atau
berbentuk cairan harus permeable terhadap uap.
d) Suhu sebagaimana yang terukur oleh
termometerharus mencapai121°C dan dipertahankansetinggi itu selama 15 menit.
Sebelum melakukan proses sterilisasi, terlebih dahulu dilakukan sterilisasi meja
dengan cara menyemprotkan larutan desinfektan seperti alkohol. Alat yang
akan disterilkan seperti cawan petri dibungkus tersebut menggunakan kertas.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Dari praktikum di atas dapat diketahui kesimpulannya
sebagai berikut :
1.
Sterilisasi
berfungsi untuk menghilangan seluruh mikroorganisme yang ada pada atau dalam
suatu benda, agar benda itu lebih aman untuk digunaan khususnya pada dunia
kesehatan maupun pada percobaan-percobaan mikrobiologi
2.
Alat yang
digunakan pada proses sterilisasi adalah autoklaf dan lampu bunsen.
3. Jenis-jenis sterilisasi diantaranya adalah sterilisasi basah,
sterilisasi kering, sterilisasi uap, sterilisasi penyaringan (filtrasi),
sterilisasi dengan desinfektan, dan sterilisasi gas.
4. Adapun teknik atau cara sterilisasi
yaitu menyiapkan alat gelas kemudian membungkus alat tersebut dan memasukkan ke
dalam oven/autoclave/bunsen dan pada akhirnya alat siap untuk digunakan.
5.2
Saran
Diharapkan
untuk selanjutnya, percobaan ini dipraktekkan agar praktikan dapat mengetahui
teknik sterilisasi yang baik dan benar.
DAFTAR
PUSTAKA
Dwidjoseputro, D.2005. Dasar – Dasar
Mikrobiologi. Djambatan : Jakarta.
Ferdiaz.1992.Sterilisasi.(onlin).http://www.academia.edu/directory/educationnad_training/secondary.
Diakses pada tanggal 26
Februari 2016
Hadioetomo. Ratna Siri. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek.
Jakarta: P.T. Gramedia Pustaka Utama
Indra. 2008.Mikrobiologi dan ParasitologiI. PT. Citra
AdityaBakti; Bandung.
Lay dan Hatowo,
1992. “Mikroorganisme; Sterilisasi Alat Kimia”. Perlakuan
perlepasan mikroorganisme. 28 (2), 30-34.
Lukas, Stefanus. 2006. Formulasi Steril.
Yogyakarta : Andi.
Nursina.2012.Sterilisasi.(online).https://www.academia.edu/7236446/Laporan_Sterilisasi_Alat -alat_mikrobiologi. Diakses pada tanggal 26 Februari 2016
Ratna,
1985, Mikrobiologi Dasar, Gramedia, Jakarta.
Riantini.2001.Sterilisasi
secara fisik. http://www.ed.uiuc.edu./mikroorganisme/ste
rili-sasi-secara-fisik/Html. Diakses pada tanggal 26 Februari 2016
Subaghdja.Rickie.2010.Sterilisasi
dan Pengenalan Alat Mikrobiologi. http://jalankemenangankoe.blogspot.com/favicon.icom. Diakses pada tanggal 26
Februari 2016
Suriawira. 2005. Pengantar Mikrobiologi Umum . Angkasa.Bandung.
Waluyo, 2008, Sterilisasi,
http://Sterilisasi.blogspot.com, diakses pada 11 Desember 2013, Palu.
Yusriani, dr. 2008.Kumpulan Diktat Kuliah
Mikrobiologi.UIT;Makassar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar