PENENTUAN ASAM LEMAK BEBAS
PERCOBAAN
4
(Praktikum
Analisis Bahan Produk
Agroindustri)
Kelompok
: 6
Emylia
Susanti B1315016
Fitria
Khairunisa B1315020
Hasni B1315024
Jamilah B1315028
PROGRAM
STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
POLITEKNIK
NEGERI TANAH LAUT
PELAIHARI
2016
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Minyak goreng merupakan media yang digunakan manusia
dalam proses masak-memasak. Di Indonesia, minyak goreng yang umum digunakan
adalah minyak goreng yang berasal dari nabati seperti minyak kelapa sawit. Minyak
kelapa sawit yang beredar dipasaran bermacam-macam jenis serta mutunya.
Misalnya saja minyak goreng sawit yang dalam proses pemurniannya hanya sekali
disebut minyak curah memiliki mutu yang rendah sedangkan minyak goreng sawit
yang mengalami dua kali atau lebih proses pemurnian memiliki mutu yang baik.
Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya mutu dalam suatu minyak goreng
dapat dilihat dari kandungan asam lemak bebas di dalamnya.
Kandungan asam lemak bebas pada minyak goreng
merupakan salah satu contoh senyawa yang dapat bersifat berbahaya
khususnya bagi tubuh apabila tersebut terlalu sering untuk dikonsumsi. Asam
lemak bebas pada suatu bahan pangan akan terbentuk karena adanya proses
pemanasan bahan pangan pada suhu tinggi yang dapat meningkatkan konsentrasi
dari asam lemak bebas dan meningkatkan jumlah asam lemak bebas yang terbentuk
apabila proses tersebut semakin lama dilakukan sehingga merugikan mutu dan
kandungan gizi bahan pangan tersebut (Fauzi, 2002).
Dari uraian diatas
dapat disimpulkan bahwa perlu untuk dilakukannya praktikum analisa asam lemak
bebas agar kita dapat mengetahui mutu dari minyak goreng yang digunakan.
1.2 Tujuan
Menentukan
kadar asam lemak bebas dalam sampel bahan dan produk agroindustri.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Minyak Kelapa Sawit
Nama ilmiah dari kelapa sawit adalah Elaeis guinensis Jack. Tanaman
kelapa sawit hidup subur di luar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia,
Thailand, dan Papua Nugini. Minyak sawit memiliki banyak keunggulan
dibandingkan dengan minyak nabati lainnya. Dari aspek ekonomi, harganya relatif
murah, selain itu komponen yang terkandung di dalam minyak sawit lebih banyak
dan beragam. Dari aspek kesehatan yaitu kandungan kolesterolnya rendah. Saat
ini, telah banyak pabrik yang memproduksi minyak goreng yang berasal dari
kelapa sawit dengan kandungan kolesterol yang rendah (Fauzi, 2002).
Minyak
sawit mengandung asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh yang ikatan
molekulnya mudah dipisahkan dengan alkali, sehingga mudah dibentuk menjadi
produk untuk berbagai keperluan, seperti untuk pelumas mesin dalam berbagai
proses industri. Dengan kandungan kadar karotein yang tinggi, minyak sawit
merupakan sumber provitamin A yang murah dibanding dengan bahan baku lainnya.
2.2 Minyak Goreng Curah
Minyak curah itu adalah sebutan untuk minyak goreng tanpa
merk (jelantah). Warnanya berbeda dengan minyak goreng bermerk yang lebih
jernih dibanding minyak goreng curah. Dari segi kandungan minyak curah kadar
lemaknya lebih tinggi dan juga kandungan asam oleat dibanding minyak kemasan,
namun tidak ada masalah menggunakan minyak curah, asalkan tidak berlebihan dan
tidak digunakan berulang-ulang kali, sampai berwarna coklat pekat hingga
kehitam-hitaman karena pemakaian berulang-ulang pada minyak makan sangat tidak
baik bagi kesehatan.
Minyak goreng curah biasanya memiliki warna yang lebih
keruh. Minyak goreng curah ini tidak digunakan berulang-ulang kali, sampai
berwarna coklat pekat hingga kehitam-hitaman. Karena pemakaian berulang-ulang
pada minyak makan, sangat tidak baik bagi kesehatan. Selain itu minyak goreng
yang sering digunakan secara berkali-kali sampai minyaknya berubah warna
menjadi hitam, kondisi ini tidak membahayakan kesehatan hanya membuat nilai
gizi makanan yang digoreng menjadi turun dan mempengaruhi rasa (Fauziah, 2011).
3
Asam
Lemak Bebas
ALB atau "asam lemak
bebas" yaitu nilai yang menunjukkan jumlah asam lemak bebas yang ada
di dalam lemak atau jumlah yang menunjukkan berapa banyak asam lemak bebas
yang terdapat dalam lemak setelah lemak tersebut di hidrolisa.
Asam
lemak bebas merupakan hasil degradasi dari
trigliserida sebagai akibat dari kerusakan minyak. Selain itu, asam lemak bebas
juga merupakan asam yang dibebaskan dari proses hidrolisis dari lemak. Asam
lemak bebas ini biasanya ditemukan dalam sel dalam jumlah yang besar (Fauziah,
2011).
BAB
III
METODE
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini
dilaksanaan pada hari Senin tanggal 14 Maret 2016 pukul 13.00-15.00 WITA di
Labolatorium Kimia Teknologi Industri Pertanian Politeknik Negeri Tanah Laut.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1
Alat
Alat
yang digunakan dalam praktikum ini adalah gelas beaker, neraca analitik, buret,
statif, hot plate, alumunium foil dan corong.
3.2.2
Bahan
Bahan
yang digunakan dalam praktikum ini adalah NaOH, indikator PP, aquades, dan
sampel minyak (jelantah dan kelapa sawit).
3.3 Prosedur Kerja
1. Ditimbang
sebanyak 10 ± 0,2 gram sampel dalam Erlenmeyer
2. Ditambahkan
50 ml alcohol 95% kemudian dipanaskan ± 10 menit
3. Ditambahkan
indikator pp sebanyak 2-3 tetes
4. Dilakukan
titrasi dengan larutan 0,1 N NaOH yang telah distandarisasi sampai tercapai
warna merah jambu dan tidak hilang selama 30 detik, dicatat volume titrasinya.
Diulangi sebanyak 2 kali dengan sampel yang berbeda.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel
1. Kadar asam lemak bebas (ALB) pada sampel minyak
No.
|
Sampel
|
Massa minyak
(g)
|
Volume NaOH
(ml)
|
ALB (%)
|
1.
|
Minyak kelapa
sawit
|
10,03
|
1,9
|
0,48
|
10,10
|
2,2
|
0,56
|
||
Rata-rata :
|
0,52
|
|||
2.
|
Minyah curah
(jelantah)
|
10,00
|
4,1
|
1,05
|
10,13
|
4,5
|
1,14
|
||
Rata-rata :
|
1,09
|
4.2 Pembahasan
Pratikum kali
ini tentang analisa asam lemak bebas dalam minyak sawit. Sampel pertama yang
digunakan adalah minyak curah
(jelantah). Minyak curah merupakan sebutan untuk minyak goreng
tanpa merek yang dijual di pasaran (jelantah). Minyak curah mengandung kadar asam lemak
bebas yang lebih tinggi dibandingkan dengan minyak goreng bermerk. Minyak curah hanya mengalami
penyaringan sampai tahap olein. Yang mengakibatkan kualitas minyak
curah lebih rendah dibandingkan minyak bermerk. Dan masih mengandung soft stearin (minyak fraksi padat) pada
tingkat tertentu, selain itu tingkat sanitasi dan kebersihannya kurang
baik, tidak sebersih minyak bermerk, minyak curah yang bening dan bersih
tidak mengandung antioksidan.
Sampel kedua
yang digunakan pada praktikum analisa asam lemak bebas adalah minyak sawit. Minyak sawit mengandung asam lemak
jenuh dan asam lemak tidak jenuh yang ikatan molekulnya mudah dipisahkan dengan
alkali. Asam lemak pada sawit lebih rendah jika dibandingkan
dengan asam lemak yang ada pada minyak goreng curah.
Prinsip kerja analisis asam lemak bebas adalah memanaskan sampel yang telah
ditambah alkohol agar trigliserida pada sampel terhidrolisis dan menghasilkan
asam lemak bebas. Untuk mengetahui kandungan asam lemak bebas pada sampel dapat
dilakukan dengan melakukan titrasi pada sampel. Volume yang diperoleh dari proses titrasi
digunakan dalam perhitungan penentuan kadar asam lemak bebas yang tergantung
pada suatu bahan pangan.
Rata-rata kadar asam lemak bebas yang diperoleh pada
sampel minyak kelapa sawit adalah 0,52% dan rata-rata kadar asam lemak bebas pada
sampel minyak curah (jelantah) adalah 1,09%. Hal ini menunjukkan bahwa minyak sawit memiliki kadar asam lemak bebas
yang lebih sedikit dibandingkan dengan minyak curah (jelantah). Hal ini disebabkan karena minyak goreng curah hanya mengalami satu kali
proses penyaringan yaitu sampai pada tahap olein. Sedangkan minyak sawit
mengalami proses
ekstraksi dilanjutkan dengan proses bleching (pemutihan) dan deodorizing
(penghilang bau). Fungsi penambahan alkohol netral pada sampel dalam praktikum
analisa asam lemak bebas adalah untuk melarutkan minyak pada sampel agar dapat
bereaksi dengan basa. minyak merupakan senyawa organik sehingga dibutuhkan pelarut
orgahik untuk melarutkannya.
Fungsi penambahan indikator pp pada sampel dalam praktikum analisa asam
lemak bebas adalah pembuktian bahwa sampel tersebut bersifat asam atau basa.
setelah ditambah indikator pp dan dititrasi dengan NaOH sampel berubah warna
menjadi merah muda. Ini menunjukkan bahwa sampel bersifat basa. Sedangkan fungsi penambahan 0.1 M
NaOH pada sampel dalam praktikum analisa asam lemak bebas adalah untuk mengukur
kadar asam lemak bebas yang terkandung dalam bahan. Jumlah volume yang digunakan
untuk menitrasi sampel digunakan dalam proses penentuan asam lemak bebas.
BAB
V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari
praktikum analisis asam lemak bebas adalah sebagai berikut :
1. Pengujian asam lemak bebas pada
suatu bahan pangan dapat dilakukan dengan metode pemanasan kemudian dititrasi
lalu menghitung jumlah kandungan asam lemak bebas bahan pangan tersebut.
2. Kandungan atau kadar asam lemak
bebas pada suatu bahan pangan dapat diketahui dengan menggunakan rumus asam
lemak.
3. Rata-rata kadar asam lemak bebas yang diperoleh pada
sampel minyak kelapa sawit adalah 0,52% dan rata-rata kadar asam lemak bebas pada
sampel minyak curah (jelantah) adalah 1,09%.
4. Minyak sawit memiliki kadar asam lemak bebas yang lebih sedikit
dibandingkan dengan minyak curah (jelantah).
5.2 Saran
Adapun saran dalam praktikum ini sebaiknya praktikan
teliti dalam mentitrasi karena sangat mempengaruhi hasil yang didapat.
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi. 2002. Pengetahuan dan Tindakan Terhadap Minyak Goreng Curah. http://sarmanpsagala.blogspot.com/2012/07/pengetahuan-sikap-dan-tindakan-terhadap.html. Diakses pada tanggal 15 Maret 2016
pukul 13.00 WITA
Fauziah. 2011. Laporan Praktikum Analisis Asam Lemak. http://ervantoto.
blogspot.co.id/2014/12/laporan-praktikum-analisa-asam-lemak.html. Diakses
pada tanggal 15 Maret 2016 pukul 13.30 WITA
LAMPIRAN
Berikut ini data perhitungan perolehan hasil praktikum, data
tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Diketahui
: m = 10,03 gram
V
= 1,9 ml
N
NaOH = 0,1 M
BM asa lemak = 256 gram/mol
Ditanyakan : % FFA =
. . .?
Penyelesaian :
% FFA = x 100 = 0,48%
2.
Diketahui
: m = 10,10 gram
V
= 2,2 ml
N
NaOH = 0,1 M
BM asa lemak = 256 gram/mol
Ditanyakan : %
FFA/ALB = . . . ?
Penyelesaian :
% FFA = x 100 = 0,56%
3.
Diketahui
: m = 10,00 gram
V
= 4,1 ml
N
NaOH = 0,1 M
BM asa lemak = 256 gram/mol
Ditanyakan : %
FFA/ALB = . . . ?
Penyelesaian :
% FFA = x 100 = 1,05%
4.
Diketahui
: m = 10,13 gram
V
=4,5 ml
N
NaOH = 0,1 M
BM asa lemak = 256
Ditanyakan : %
FFA/ALB= . . . ?
Penyelesaian :
% FFA = x 100 = 1,14%
Tidak ada komentar:
Posting Komentar